Sabtu, 30 Juni 2012

Tokek yang Bikin Hoki

Tribunnews.com - Senin, 6 Februari 2012 13:34 WIB

Laporan Wartawan Kontan, Indira Prana Ning Dyah

Tokek Pakistas

TRIBUNNEWS.COM - Bagi sebagian orang, tokek identik dengan binatang melata yang berbunyi khas. Tapi, kini mulai marak tokek pakistan yang bisa membawa untung meski dia tidak berbunyi. Apalagi jika tokek ini bisa disilang dan menghasilkan varian baru.

Leopard gecko atau tokek pakistan mungkin belum terlalu akrab di telinga Anda. Namun, hewan reptil asal Pakistan ini bisa menjadi peluang usaha yang lumayan menguntungkan. Terutama bagi mereka yang memang hobi berbisnis binatang melata.

Syarat utama menjadi pembudidaya dan penjual tokek, tentu saja, tidak boleh geli dengan binatang reptil. Nah, salah satu pembudidaya yang tidak geli pada tokek dan malah terbilang sukses adalah Eri Santoso, pemilik Pet Network. Ia sudah membudidayakan Leopard gecko sejak 2003.

Awalnya hanya hobi, namun sekarang ia sudah menjadi pembudidaya dan penjual tokek pakistan yang meraup untung besar. Bahkan, setelah sukses membudidayakan tokek unik ini, kini usahanya melebar ke budidaya binatang lain.

Berbeda dengan tokek lokal, tokek pakistan ini tidak berbunyi. Justru kebisuan ini menjadikannya piaraan yang cukup ideal. Sifat Leopard gecko lain yang menjadi alasan orang membudidayakan adalah: binatang melata yang satu ini tidak bisa memanjat. “Leopard Gecko tidak memiliki suction cup alias alat pengisap untuk memanjat,” kata Eri.

Alhasil, tokek pakistan cocok bagi mereka yang masih pemula dalam memelihara reptil, karena sifatnya yang jinak.

Dibisniskan pun cocok. Karena, harga jual tokek pakistan juga menggiurkan: antara Rp 100.000 hingga Rp 10 juta per ekor. Yang menyebabkan perbedaan harga itu adalah jenis tokek atau biasa disebut morph oleh para penggemar reptil.

Jika ingin menjual tokek pakistan dengan harga tinggi, seorang pembudidaya harus menciptakan kombinasi hasil persilangan. “Dengan tokek pakistan orang berlomba-lomba menciptakan jenis baru. Makin unik makin mahal,” kata Gunawan, pedagang tokek pakistan.

Eri mencontohkan, tokek albino atau biasa disebut tremper bisa dibanderol Rp 300.000 per ekor. Namun, hasil persilangan antara tremper dan tokek jenis blizzard bisa dihargai Rp 1 juta per ekor. Jenis tokek favorit ini biasanya juga mengikuti tren di pasaran.

Bagi Anda yang ingin membudidayakan tokek pakistan, indukan standar tokek pakistan bisa dibeli dengan harga mulai dari Rp 1 juta sepasang. Menurut Gunawan, dulu saat ia memulai budidaya, harga indukan tokek pakistan bisa mencapai Rp 3 juta sepasang. Namun, seiring dengan meningkatnya pembudidaya, harga indukan pun semakin turun.


Ongkos perawatan terhitung murah

Tapi, untuk menciptakan tokek blasteran diperlukan induk-an impor yang harganya bisa mencapai Rp 10 juta per ekor. “Kadang uang hasil penjualan tokek saya gunakan untuk membeli indukan baru yang unik,” kata Eri.

Tapi, Anda jangan khawatir rugi. Pasalnya, satu indukan bisa mengembalikan modal dalam waktu yang relatif singkat. Setelah memasuki usia kawin pada bulan kedelapan, seekor induk bisa menelurkan dua butir telur setiap dua minggu sampai sepuluh kali berturut-turut. “Setelah itu mereka beristirahat antara enam bulan sampai setahun,” terang Gunawan.

Idealnya, tokek dikawinkan pada usia setidaknya 10 bulan, imbuh Eri. Tokek yang ia budidayakan hanya bertelur dua butir per bulan. Jarak antara perkawinan hingga bertelur biasanya 28 hari, dan dari telur hingga menetas diperlukan waktu 35 hari sampai 60 hari.

Sisi yang juga mengentengkan pembudidaya, tokek pakistan termasuk binatang reptil yang murah perawatannya. Soalnya, satu ekor tokek hanya perlu diberi makan lima ekor jangkrik setiap dua hari. Sementara, di Jakarta, harga jual jangkrik hanya Rp 20.000 per 1.000 ekor. Sedangkan harga bahan alas kandang tokek sekitar Rp 20.000 per kotak, dan hanya perlu diganti setiap enam bulan sekali.

Meski termasuk binatang melata, namun bukan berarti Leopard gecko sepi peminat. Eri mengaku bisa menjual sampai 100 ekor tokek pakistan dalam sebulan, dengan omzet berkisar antara Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. “Biasanya pembeli datang dari kalangan pehobi reptil,” kata Eri.

Sementara Gunawan, yang memiliki 50 ekor indukan dan 100 ekor anakan, mengaku bisa menjual sekitar 20 ekor tokek setiap bulan dengan omzet Rp 5 juta saban bulan. Gunawan tidak memiliki toko tersendiri, melainkan memilih bergerilya di forum-forum internet untuk menjajakan tokek pakistan.

“Penjualan cukup cepat secara online karena Leopard Gecko biasanya tidak dijual di pet shop,” tuturnya.

Biasanya, para pemilik tokek berkumpul pada saat ada perlombaan. Menurut Eri, pada saat lomba, tokek yang menjadi peserta bisa sampai 150 ekor. “Biasanya untuk lomba kami sampai membuka hingga 12 kelas. Satu kelas diikuti setidaknya 10 ekor tokek,” imbuh Eri.

Acara perlombaan tokek pakistan seperti ini biasanya juga menjadi ajang memamerkan dagangan masing-masing.

Gunawan berharap dengan adanya forum dan perlombaan ini popularitas tokek pakistan bisa meningkat. Sehingga, pangsa pasar tokek yang memiliki kelopak mata ini bisa lebih lebar lagi.

Kalau bisa, ia berharap pula satu orang memelihara lebih dari satu tokek. Maklum, satu ekor tokek pakistan bisa hidup sampai 20 tahun.

Lantaran berjualan lewat sistem online, Gunawan biasanya menjual tokek dengan menampilkan foto tokek pakistan dagangannya. “Foto jadi penting karena yang dilihat adalah penampilan fisik tokek,” terang Gunawan.

Soal harga jual, Gunawan mematok berdasarkan harga pasaran di forum-forum reptil. Misalnya, ReptileX.com. “Makin banyak produksi tokek yang jenisnya sama maka harga makin turun,” tandasnya. ***

Sumber:

Tokek Seharga Rp 100 Juta Itu Katanya Obat AIDS

Jumat, 25 September 2009 | 18:29 WIB

CONSERVATION INTERNATIONAL/STEVE RICHARDS
Tokek bergaris dari genus Cyrtodactylus sp juga baru bagi sains
meski baru ditemukan seekor selama ekspedisi di Papua Nugini.

KOMPAS.com — Tokek merupakan binatang yang saat ini cukup dicari keberadaannya oleh sejumlah masyarakat. Pasalnya, jenis reptil yang masuk golongan cecak besar suku Gekkonidae itu memiliki harga jual tinggi di pasaran. Harga tokek yang memiliki berat 4 ons mencapai lebih dari Rp 500 juta.

Tak heran hal itu membuat sejumlah masyarakat berlomba-lomba untuk menangkapnya. Namun, tahukah Anda saat ini banyak cukong asal Malaysia dan Korea yang berkeliaran di Indonesia demi mendapatkan binatang yang kabarnya dapat menyembuhkan HIV AIDS itu?

"Sekarang ini lagi banyak cukong asal Malaysia dan Korea di Indonesia ingin mendapatkan tokek dengan harga murah. Dan ini betulan loh," ujar Ade kepada Kompas.com, Jumat (25/9).

Kedatangan para cukong asing tersebut, menurut Ade, karena bisnis jual beli tokek cukup menggiurkan. Selain itu, para cukong dapat memperoleh tokek di Indonesia dengan harga murah untuk kemudian dijual kembali dengan harga mahal. "Karena saya dengar dari bos saya, katanya tokek itu di luar negeri diteliti untuk obat HIV AIDS dan katanya penelitian di luar negeri sudah 90 persen (tokek dapat menyembuhkan HIV AIDS)," kata warga Kapuk, Jakarta Utara, ini.

Ade merupakan seorang penjual dan pembeli tokek. Bisnis tersebut sudah satu tahun ini digelutinya. Tokek-tokek itu, menurutnya, dijual dengan cara diekspor ke sejumlah negara, seperti China, Jepang, Hongkong, dan Perancis.

Namun, tidak semua tokek layak ekspor. Hanya tokek yang memiliki berat 3,5 ons ke atas yang layak ekspor. "Karena, semakin tua dan besar ukuran suatu tokek, maka kadar enzim yang dimilikinya akan semakin banyak. Dan, katanya enzim itu yang dipakai untuk obat HIV AIDS," jelas Ade.


Sumber:

Wah, Harga Tokek sampai Miliaran? Waspadai "Gorengan"

Penulis : | Kamis, 5 Maret 2009 | 09:20 WIB


Beberapa bulan terakhir, santer beredar kabar bisnis tokek sedang booming. Konon, harga tokek ukuran satu kilogram bisa mencapai miliaran rupiah. Lantaran untungnya memang besar, banyak orang menjajal bisnis ini. Tapi jangan keburu tergiur dulu, bisnis ini masih serba gelap.

Berhentilah mempermainkan tokek. Jika selama ini tokek cuma dijadikan bahan ledekan buat meramal cuaca, kini tokek justru menjadi buruan. Bahkan, santer beredar rumor, permintaan binatang melata ini sedang tinggi-tingginya. Meski pasarnya terbatas, bisnisnya tetap booming. Harga seekor tokek pun konon bisa sampai miliaran rupiah jika bobotnya mencapai satu kilogram per ekor.

Memang hampir tak bisa dipercaya. Tapi, simaklah penuturan Sudarmono. Sejak dua bulan lalu, ia terjun ke bisnis ini. Caranya, dengan menjadi perantara jual beli tokek. Ia yakin peminat binatang ini menghargai seekor tokek dengan harga cukup fantastis.

Tak perlu sampai satu kilo, tokek berbobot tiga sampai empat ons saja laku dijual dengan harga Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. "Hanya tokek berbobot minimal tiga ons dihargai mahal, sedangkan yang bobotnya kurang sedikit saja harganya anjlok," kata Sudarmono.

Dalam kurun waktu yang belum lama menjajal bisnis ini, Sudarmono mengaku sudah berhasil memerantarai jual beli tokek seharga Rp 30 juta. Upah sebagai mediator 25 persen dari nilai transaksi.

Sudarmono mengaku menyesal hanya menjual dengan harga sebesar itu. Pasalnya, ia masih belum terlalu banyak tahu soal pasar tokek. "Mestinya dulu saya bisa jual antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. Waktu itu saya memang belum pengalaman," katanya menyesal.

Menurut Sudarmono, tokek banyak diburu karena faktor hobi atau sebagai obat asma dan penyakit kulit. "Saya dengar, tokek banyak dipesan oleh orang Jepang dan Taiwan sebagai media penelitian obat AIDS," kata bapak dua anak ini.

Mahdi, pemain lain di bisnis ini, mengakui, bisnis tokek sedang booming beberapa bulan terakhir. Sejak terjun ke bisnis ini awal tahun, ia sudah dua kali menjual tokek berberat sekitar tiga ons. la melego masing-masing Rp 5 juta per ekor. Pembelinya dari Jakarta. la mendapatkan tokek dari Karawang, Jawa Barat.

Mahdi mengaku mengambil untung besar dari bisnis ini. Saat membeli dari penjual di Karawang, ia tak mematok harga. "la minta Rp 300.000, ya saya kasih," aku pria yang berdomisili Bekasi ini terkekeh.

Tapi, bagi Anda yang akan mencoba peruntungan di bisnis ini, harap hati-hati. Mahdi, misalnya, tak yakin harga tokek sampai miliaran rupiah seperti di internet. Aslinya cuma puluhan juta rupiah. "Kalau tokek setengah kg paling mahal Rp 20 juta," katanya.

Mahdi sebetulnya tak terlalu percaya bahwa permintaan tokek sangat tinggi. la yakin hal itu cuma gorengan sejumlah pihak. la melihat bisnis tokek marak belum ada setahun ini. la yakin bisnis ini tak akan bertahan lama. "Tak akan bertahan sampai tahun depan," tandasnya.

Kata Mahdi, bisnis tokek masih serba gelap. Tak jelas pasarnya, juga tak terang standar harganya. "Meski begitu, saya tertantang terjun ke bisnis ini," katanya. Kadang, yang menantang memang berisiko. (Anastasia Lilin Yuliantina/ Kontan)


Sumber:

Pantas Saja Harga Tokek Bisa Selangit!

Penulis : Mardanih | Jumat, 25 September 2009 | 20:35 WIB


KOMPAS.com — Dengan iming-iming akan mendapatkan keuntungan besar, seorang pemuda bernama Firdaus (21) dalam satu tahun terakhir telah menggeluti bisnis jual beli binatang yang kabarnya dapat menyembuhkan HIV/AIDS itu.

"Saya sudah 1 tahun bisnis tokek. Awalnya saya kenal sama seseorang bernama Mat Nur, lalu kita diskusi bagaimana caranya dapat duit banyak. Terus saya dengar tokek harganya mahal, ya udah sejak itu saya cari tokek dan saya jual-beliin deh," kata Firdaus saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Kawasan Cipete Selatan, Jakarta, Jumat (25/9).

Untuk memelihara tokek-tokek itu, Firdaus mengaku tidak pernah mengalami kesulitan. Pasalnya, memelihara tokek, menurutnya, tidaklah sulit. Selain itu, ongkos makan juga tidak mahal. "Ternak tokek sebenarnya gampang. Satu minggu kita cuma kasih dia makan jangkrik seharga Rp 5.000 sebanyak dua kali. Artinya satu tokek seminggu biaya makan nya Rp 10.000," katanya.

Jumlah tokek yang dimiliki Firdaus saat ini delapan ekor. Dari delapan tokek yang dimilikinya, berat maksimal adalah 2 ons, sedangkan yang paling ringan 1 ons. Meski telah 1 tahun berbisnis tokek, Firdaus mengaku belum pernah merasakan menjual tokek dengan harga yang fantastis. Harga tertinggi yang pernah didapatkan hanya Rp 2 juta. Ini karena tokek yang dimilikinya hanya memiliki berat maksimal 2 ons.

"Susah cari tokek yang besar. Tokek besar banyaknya di daerah, kalau di Jakarta jarang. Paling ada kecil-kecil," katanya. Harga tokek bervariasi. Sementara itu, mengenai harga jual tokek di pasaran, menurut pria bujang ini, tergantung berat tokek itu sendiri. Semakin besar atau berat tokek, harganya makin mahal.

"Kalau tokek ukuran 1 ons di pasaran bawah (bukan harga dari eksportir) Rp 100.000, kalau tokek 1,5 ons Rp 200.000, tokek ukuran 2 ons Rp 500.000 sampai Rp 2 juta. Tokek 2,5 ons harganya antara Rp 5 juta dan Rp 30 juta," paparnya.

Menurutnya, harga tokek mulai beranjak tinggi jika memiliki berat di atas 3 ons. Harga tokek dengan berat 3 ons sendiri, menurutnya, memiliki harga dari Rp 30 juta hingga Rp 100 juta-an, sedangkan tokek dengan berat 3,5 sampai 4 ons biasa dihargai dengan Rp 100 juga hingga Rp 800 juta. "Harganya bervariasi karena tiap bos beda harganya," ujarnya.


Binatang sensitif

Lebih lanjut, Firdaus mengatakan, tokek merupakan jenis binatang yang cukup sensitif. Reptil yang masuk golongan cicak besar, suku Gekkonidae, ini gampang stres.

"Kalau dibawa pindah dari satu tempat ke tempat lain akan kelihatan. Pernah teman saya bawa dari Padang ke Jakarta buat dijual. Dari Padang beratnya 7 ons. Eh pas sampai Jakarta beratnya turun jadi 2 ons. Ternyata pas ditanya ke orang yang ngerti, itu gara-gara stres. Malah yang lebih parah lagi, teman saya bawa (tokek) dari Tanah Abang (Jakarta Pusat) ke Pasar Minggu. Eh pas sampai tujuan tokeknya mati. Akhirnya gagal dijual," ungkapnya.

Menurut Firdaus, tokek adalah binatang yang sejak dulu dikenal dapat menjadi obat. Daging tokek, menurutnya, dipercaya banyak orang merupakan obat gatal. Begitu juga dengan darah dan empedu tokek.

"Konon, empedu tokek yang sudah jadi kristal bisa jadi obat apa aja. Itu biasanya kalau tokeknya sudah 4 ons beratnya. Terus, tokek juga katanya bisa jadi obat HIV/AIDS, tapi enggak tahu apanya. Ada yang bilang darahnya, dagingnya, lidahnya," ujarnya.


Sumber: